Jumat, 09 November 2012

Pacaran Sehat Itu Seperti Apa Ya......?

Di jaman ini pacaran telah menjadi semacam life style/ gaya hidup baru bagi remaja dan merupakan hal yang lumrah. Remaja mengalami perubahan fisik dan psikis pada masa-masa yang dilaluinya, dimana remaja ingin mencoba karena terdorong rasa ingin tahu mereka yang tinggi. Remaja memiliki banyak waktu senggang diantara jam kuliah atau pulang sekolah ataupun antara kuliah, remaja belum memiliki orietasi materi karena kehidupannya masih serba ditanggung oleh orangtunaya, jadi tidak ada hal penting yang terlalu membebani pikiran remaja oleh karena itu, sebagian besar remaja mengisi waktu luang mereka dengan pacaran.

 Pengertian Pacaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; (atau) menjadikan dia sebagai pacar. Sementara kencan sendiri menurut kamus tersebut (lihat halaman 542) adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.
Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Dalam pacaran, ada aktivitas yang disebut dengan kencan. Aktivitas ini berupa kegiatan yang telah direncana maupun tak terencana. Kencan yang tak terencana disebut dengan blind date.
Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi dalam masyarakat individu-individu yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Berdasarkan tradisi zaman kini, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta-kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pacaran)

Pada saat ini, kekerasan pada masa pacaran merupakan masalah yang sering ditemui dan cukup kompleks. Namun demikian, kita harus tetap berusaha untuk mengantisipasi munculnya kekerasan dalam masa pacaran ini.  Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan, terutama oleh remaja adalah dengan melakukan pacaran yang ”sehat”. Pacaran yang ”sehat” adalah pacaran yang memenuhi kriteria ”sehat”, baik sehat fisik, sehat psikis, sehat sosial, maupun sehat seksual .
  1. Sehat fisik. Pacaran dikatakan sehat secara fisik jika dalam aktivitas berpacaran tersebut tidak ditemui adanya kekerasan secara fisik. Nah, itu berarti bahwa walaupun remaja putra secara fisik memang lebih kuat dari remaja putri, bukan berarti remaja putra dapat seenaknya menindas ataupun memanipulasi remaja putri secara fisik.
  2. Sehat psikis. Pacaran dikatakan sehat secara psikis, jika sepasang individu yang menjalaninya mampu saling berempati serta mengungkapkan dan mengendalikan emosinya dengan baik, saling percaya, saling menghargai, dan saling menghormati. Dengan demikian, hubungan di antara keduanya menjadi lebih nyaman, saling pengertian, dan juga ada keterbukaan.
  3. Sehat sosial. Pacaran dikatakan sehat secara sosial jika aktivitas berpacaran tersebut tidak bersifat saling mengikat atau mengisolasi pasangan. Artinya, walaupun remaja putra dan putri terikat dalam komitmen pacaran, namun hubungan sosial masing-masing mereka dengan individu lain tetap harus dijaga dan sebaiknya remaja putra atau putri tidak hanya terfokus pada pacar atau pasangannya saja.
  4. Sehat seksual. Kemudian, pacaran juga harus sehat secara seksual. Secara biologis, kaum remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks. Tanpa disadari, pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. Kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. Jika hal itu diteruskan dan tidak terkontrol, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat berisiko. Karena adanya resiko yang harus ditanggung akibat tindak seksual yang mereka lakukan, maka aktivitas percaran yang mereka lakukan tidak lagi disebut sebagai pacaran yang ”sehat”. 

 TIPS Pacaran SehatJika tak ingin pacaran tak sehat terjadi pada diri Anda maka beberapa hal yang perlu diresapi dan dipertimbangkan diantaranya:
  1. Kasih sayang, setia
  2. Jangan melakukan tindakan kekerasan
  3.  Luangkan waktu untuk bergaul dengan teman-teman
  4. Jangan sakiti perasaan pasangan; jangan cemburu yang berlebih
  5. Jangan menghabiskan waktu seharian berdua saja apalagi di tempat-tempat sepi
  6. Lakukan kegiatan-kegiatan positif bersama seperti belajar, berolahraga, dan sembahyang bersama
  7. Hindari buku-buku, majalah, gambar-gambar, video yang isinya seputar seks. Karena sekali dan sekilas saja kita melihat gambar, video atau cerita seks tersebut bakal ‘terekam tak pernah mati’ di pikiran dan akan timbul keinginan untuk mengulangi ataupun mempraktekkannya
  8. Pengendalian diri untuk tidak berbuat diluar batas ketika sedang kontak fisik dengan pasangan.
  9.  Jangan pernah mengatasnamakan hubungan seks sebagai bukti cinta kalian (cinta tak sama dengan seks).
Pacaran sebenarnya merupakan waktu bagi sepasang individu untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Pacaran pastinya memiliki efek dan bias terhadap kehidupan masing-masing. baik secara positif ataupun negatif tergantung bagaimana cara menjalaninya.
Selama pacaran dilakukan dalam batas-batas yang benar, pacaran dapat mendatangkan banyak hal positif. Dengan kata lain yang perlu dan harus kita jalani adalah ”pacaran sehat”.
(http://www.sttbali.com/berita/muda-mudi/201.html)

Nah..bagaimana agar pacaran kita sehat dan tetap awet? Disini kita harus punya prinsip. Artinya, segala sesuatu yang kita lakukan memiliki dasar dan tujuan yang jelas. Dalam berpacaran, mungkin saja kita menemukan perbedaan prinsip, khususnya tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal itu adalah wajar, asalkan tetap saling menghargai. Setiap orang, khususnya remaja, mempunyai hak untuk bicara secara terbuka, termasuk mengungkapkan prinsipnya masing-masing.
Mengungkapkan prinsip yang kita pegang akan berpengaruh pada penerimaan orang lain. Maksud dan keinginan kita akan sulit diterima dan dimengerti orang lain kalau kita tidak tahu bagaimana mengomunikasikannya dengan baik. Intinya, kita juga harus mengerti atau memahami bagaimana cara berkomunikasi yang baik.


 

Mengelola Emosi Remaja

Remaja merupakan masa peralihan yang dialami oleh siswa. Masa peralihan ini dirasakan oleh anak yang mengalami masa pubertas. masa pubertas adalah proses perubahan fisik dan pisikologis yang terjadi pada anak. Proses perubahan ini dirasakan oleh anak usia 13-18 tahun. Perubahan fisik yang terjadi pada anak juga mempengaruhi perkembangan emosi mereka. Perkembangan emosi yang dirasakan sangat berpengaruh pada sikap dan sifat yang di tunjukkan. Emosi yang terbentuk pada anak bisa di pengaruhi oleh pola asah, asih dan asuh yang di berikan oleh orang tua dan lingkungan sekitarnya. orang tua tidak hanya membesarkan anak, tetapi juga mendidik, mengajar dan memberikan kasih sayang yang di tunjukkan dengan perlakuan yang mereka berikan pada anak. Sikap perlakuan yang ditunjukkan orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan emosi anak. masa remaja dianggap sebagai masa topan dan badai (storm dan Stres). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang emmiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan dengan baik.(Stanley Hall, 1991)

Pengertian Emosi
Menurut Crow & Crow (1958), emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik yang berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi adalah warna efektif yang kuat dan disertai oleh perubahan-perubahan pada fisik.

Karakteristik Emosi Remaja
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
Pola emosi masa remaja sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lainnya lagi. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu usia 12-15 tahun dan usia 15-18 tahun.
• Ciri-ciri emosional usia 12-15 tahun
  1.  Cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka
  2.  Bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri
  3. Kemarahan biasa terjadi
  4. Cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan ingin selalu menang sendiri
  5. Mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara objektif
• Ciri-ciri emosional remaja usia 15-18 tahun
  1.  “Pemberontakan” remaja merupakan ekspresi dari perubahan yang universal dari masa kanak-kanak  menuju dewasa.
  2. Banyak remaja mengalami konflik dengan orang tua mereka.
  3. Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi RemajaSejumlah penelitian tentang emosi remaja menunjukan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Perkembangan intelektual menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya tidak dimengerti dimana itu menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Kemampuan mengingat juga mempengaruhi reaksi emosional. Dan itu menyebabkan anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Kegiatan belajar juga turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain yaitu :
  1. Belajar dengan coba-coba, anak belajar secara coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan.
  2. Belajar dengan cara meniru, dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain. Anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang  yang diamatinya.
  3. Belajar dengan mempersamakan diri, anak menyamakan dirinya dengan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya. Yaitu menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama.
  4. Belajar melalui pengkondisian, dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka, setelah melewati masa kanak-kanak.
  5. Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, dengan pelatihan, anak-anak dirangsanguntuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasa membangkitkan emosi yang menyenangkandan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional yang tidak menyenangkan.
Hubungan Antara Emosi Dan Tingkah LakuRasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah atau tekanan darah, dan sistem pencernaan mungkin berubah selama pemunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak senang akan menghambat atau mengganggu proses pencernaan.

Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang.

Seorang siswa tidak senang kepada gurunya bukan karena pribadi guru, namun bisa juga disebabkan sesuatu yang terjadi pada saat sehubungan dengan situasi kelas. Penderitaan emosional dan frustasi mempengaruhi efektivitas belajar. Anak sekolah akan belajar efektif apabila ia termotivasi, karena ia perlu belajar. Setelah hal ini ada pada dirinya, selanjutnya ia akan mengembangkan usahanya untuk dapat menguasai bahan yang ia pelajari.

Reaksi setiap pelajar tidak sama, oleh karena itu rangsangan untuk belajar yang diberikan harus berbeda-beda dan disesuaikan dengan kondisi anak. Dengan begitu, rangsangan-rangsangan yang menhasilkan perasaan yang tidak menyenangkan akan mempengaruhi hasil belajar dan demikian pula rangsangan yang menghasilkan perasaan yang menyenangkan akan mempermudah siswa dalam belajar.